Masalhnya mungkin bukan yg paling lemot. mungkin benar myanmar atau bahkan sebagian besar negara afrika masih lebih buruk ketimbang di Indonesia.
Tapi dibandingkan pasar2 potensial lainnya yang memili potensi sama atau diatas Indonesia, mungkin hanya indonesia yang paling lemot. Maklum, indonesia dengan penduduk besar merupakan pasar google yang menjanjikan, tapi dibandingkan negara yang sama potensial lainnya. mungkin kita yang paling menyedihkan.
Nasib - nasib...untung google gak ngomongin hal itu ke MR tifatul, bisa2 dia langsung bilang (internet cepat buat apa!...
)saya sering dengar Tuan, menurut sumber yang gak tau asalnya wakkkk.
Bangun jaringan fiber di Indonesia yang mahal bukan beli kabel fiber nya atau gali lubangnya, tapi ijin birokrasi dan lain2 yang mahal.
Bayangin aja, tiap daerah punya preman sendiri2, belum birokrasi yang ribet. Keduanya selain cost nya tinggi,bs membuat waktu pengerjaan jadi gak pasti. padahal kepastian adalah hal paling penting dari hanya sekedar modal, dalam sebuah bisnis.
Bayangin aja, jika estimasi pengerjaan fiber sabang-merauke makan waktu 10tahu(belum termasuk ijin birokrasi + ijin preman lokal), namunmolor jadi 20 tahun. Seddang perusahaan harus bayar utang tiap bulan. nah lo, gimana bisa bayar kalau molor pengerjaannya.
Itulah mengapa susah infrastruktur kita cepat maju jika mental orang2nya ya begitu2 aja.
Infrastruktur dunia maya aja susah diwujudkan, apalagi dunia nyata, ampun dah.
