Ini 5 Prinsip Kerja Orang Jepang yang Patut Kamu Tiru!


Status
Not open for further replies.

Yundar Setiawan

Expert 1.0
1. Prinsip Bushido
Bushido yang mengandung arti ‘ksatria’ ini merupakan kode etik golongan samurai pada masa feodal Jepang. Seorang samurai memiliki loyalitas dan totalitas terhadap tuannya. Ia bahkan rela melakukan harakiri (bunuh diri dengan menusuk perut) untuk mengembalikan kehormatan dirinya.
Nah, semangat bushido ini ternyata mengakar dalam etos kerja masyarakat Jepang.

Mereka memiliki loyalitas dan pengabdian tinggi terhadap perusahaan dan bekerja dengan penuh kehormatan dan totalitas. Hal ini membuat orang Jepang cenderung loyal dan jarang berpindah-pindah perusahaan.

2. Makoto dan Ganbatte Kudasai
Makoto bisa diartikan sebagai kejujuran dan ketulusan. Dalam melakukan pekerjaannya, orang Jepang memegang teguh prinsip ini, yaitu bekerja keras dengan semangat, kejujuran, dan ketulusan.

Sementara, ganbatte kudasai adalah kata-kata penyemangat yang kerap diucapkan orang Jepang, yang dalam konteks bekerja berarti semangat pantang menyerah sampai tujuan tercapai.

3. Konsep Keishan
Keishan berarti kreatif, inovatif, dan produktif. Lewat prinsip ini, orang Jepang nggak takut untuk berkarya secara kreatif dan melakukan inovasi-inovasi yang berbeda.

Inilah mengapa kita kerap menemui hal-hal yang unik di Jepang. Selain itu, konsep ini juga membuat orang Jepang selalu terbuka mempelajari hal-hal baru saat bekerja.

4. Prinsip Kaizen
Prinsip kaizen menekankan ketepatan waktu dalam menyelesaikan pekerjaan. Artinya, kamu harus fokus dan tidak boleh menunda-nunda agar pekerjaanmu selesai sesuai jadwal yang ditentukan.

Keterlambatan akan menjadi sebuah kerugian bagi diri sendiri, perusahaan, dan konsumen. Untuk menghasilkan produk yang berkualitas, waktu dan biaya haruslah optimal.

Makanya, jarang kita lihat ada orang Jepang yang datang terlambat ke tempat kerja. Mereka juga umumnya malu pulang lebih awal dan disiplin dalam membedakan waktu kerja dan istirahat.

5. Tidak ada pekerjaan yang remeh
Sekecil apapun, orang Jepang tidak pernah menganggap remeh suatu pekerjaan. Faktanya, perusahaan Jepang mendidik karyawannya untuk bekerja mulai dari tingkat terbawah.

Tanpa pandang bulu, karyawan baru di sana bisa saja diminta untuk mengelap meja, merapikan dan memfotokopi berkas, maupun hal-hal lain yang sering kita anggap sebagai pekerjaan sepele.

Lewat prinsip ini, karyawan di sana diajarkan tentang kemandirian dan mengenal semua lini produksi perusahaan dengan baik. Bagi perusahaan di Jepang, karyawan adalah sebuah investasi berharga. Makanya, ia harus mengenal perusahaannya dengan baik dari level terendah.

Nah, buat meningkatkan produktivitas kerja, sudah selayaknya kita meniru etos kerja orang Jepang di atas! Semangat, Kawanku!
 

PusatHosting

Hosting Guru
berita lainya ini
"Laporan OEDC: “Jepang Adalah Tiga Besar Negara dengan Tingkat Kebahagiaan Remaja Terendah”"

Dari 35 negara yang diteliti, hanya remaja Korea Selatan dan Turki saja yang tingkat kepuasannya lebih rendah dari Jepang. Remaja Jepang memiliki tingkat kegelisahan diatas rata-rata dan motivasi untuk sukses di sekolah juga dibawah rata-rata. Sebuah survey yang melibatkan 72 negara dan 540.000 remaja usia 15 tahun menunjukkan bahwa pemuda di negara dengan ekonomi maju tidak merasa sejahtera walaupun relatif lebih bebas dan kaya.

Data ini juga didukung oleh publikasi dari Varkey Foundation, yaitu “Generation Z: Global Citizenship Survey” yang meneliti remaja umur 15-21 tahun di 20 Negara. Remaja Jepang dikonfirmasi memiliki tingkat kesejahteraan mental terendah dari keduapuluh negara tersebut. Hal ini cukup mengkhawatirkan berhubung pada laporan dari tahun 2014 penyebab kematian terbesar pada usia 10-19 tahun adalah bunuh diri.

Penyebab hal ini sayangnya tidak jelas, karena pada laporan OEDC tidak ditemukan hubungan antara waktu belajar dan frekuensi ujian pada kesehatan mental remaja. Hanya saja laporan menemukan bahwa cara pendidikan dan dukungan diberikan itu lebih penting.

Ditemukan dari data bahwa murid yang setiap hari makan dan bicara dengan keluarganya memiliki 22-39% kemungkinan untuk memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Remaja juga lebih bisa bertahan dari kasus bullying bila mendapat dukungan dari orang tua. Di sekolah juga guru yang mendukung pendidikan anak didik mereka terbukti berpengaruh untuk meningkatkan kesejahteraan mental remaja.

Laporan Generation Z, yang menggunakan metrik pengukur seperti kebahagiaan hidup, kesejahteraan mental, dan kesejahteraan emosional; menemukan bahwa negara seperti China, India, Nigeria, dan Indonesia berhasil mendapatkan nilai tinggi untuk tiga kriteria tersebut.

Hal ini diakibatkan oleh tiga faktor. Pertama China, Indonesia, dan India adalah negara dengan relasi keluarga yang dekat. Kedua China, India, Nigeria, dan Indonesia yang pasarnya terus tumbuh merasa dunia ini kedepannya akan menjadi lebih baik, sehingga optimisme bahwa masa depan akan lebih cerah untuk mereka baik untuk kesehatan mental mereka, Berbeda dengan Jepang yang rentan dengan resesi dan dianggap sulit tumbuh. Terakhir, saat remaja Jepang ditanyakan apa nilai terpenting yang mereka pegang, jawaban yang diterima mayoritas adalah “bekerja keras”. Hanya saja laporan juga menunjukkan “Berkontribusi pada masyarakat” adalah jawaban yang jarang dipilih.

Kombinasi dari pesimisme dengan prospek masa depan dan semakin sedikitnya jalur untuk mendapatkan kesempatan yang lebih baik. Masalah ekonomi memang sulit untuk diatasi, namun dari data yang sudah didapat terungkap bahwa remaja sangat membutuhkan dukungan yang baik dari keluarga.

Setelah membaca laporan yang ada, saya agak kagum juga melihat tokoh utama sebuah seri yang umumnya yatim piatu atau tidak banyak diawasi orang tua bisa tumbuh dengan stabil. Mungkin fantasi terbesar dari anime dan manga bukanlah remaja dengan kekuatan yang tidak masuk akal, namun remaja yang optimistis dengan masa depan mereka.


sumber : http://jurnalotaku.com/2017/05/08/l...a-dengan-tingkat-kebahagiaan-remaja-terendah/

benar tidaknya saya tidak tahu.
 

GPLHosting

Hosting Guru
berita lainya ini
"Laporan OEDC: “Jepang Adalah Tiga Besar Negara dengan Tingkat Kebahagiaan Remaja Terendah”"

Dari 35 negara yang diteliti, hanya remaja Korea Selatan dan Turki saja yang tingkat kepuasannya lebih rendah dari Jepang. Remaja Jepang memiliki tingkat kegelisahan diatas rata-rata dan motivasi untuk sukses di sekolah juga dibawah rata-rata. Sebuah survey yang melibatkan 72 negara dan 540.000 remaja usia 15 tahun menunjukkan bahwa pemuda di negara dengan ekonomi maju tidak merasa sejahtera walaupun relatif lebih bebas dan kaya.

Data ini juga didukung oleh publikasi dari Varkey Foundation, yaitu “Generation Z: Global Citizenship Survey” yang meneliti remaja umur 15-21 tahun di 20 Negara. Remaja Jepang dikonfirmasi memiliki tingkat kesejahteraan mental terendah dari keduapuluh negara tersebut. Hal ini cukup mengkhawatirkan berhubung pada laporan dari tahun 2014 penyebab kematian terbesar pada usia 10-19 tahun adalah bunuh diri.

Penyebab hal ini sayangnya tidak jelas, karena pada laporan OEDC tidak ditemukan hubungan antara waktu belajar dan frekuensi ujian pada kesehatan mental remaja. Hanya saja laporan menemukan bahwa cara pendidikan dan dukungan diberikan itu lebih penting.

Ditemukan dari data bahwa murid yang setiap hari makan dan bicara dengan keluarganya memiliki 22-39% kemungkinan untuk memiliki tingkat kepuasan yang lebih tinggi. Remaja juga lebih bisa bertahan dari kasus bullying bila mendapat dukungan dari orang tua. Di sekolah juga guru yang mendukung pendidikan anak didik mereka terbukti berpengaruh untuk meningkatkan kesejahteraan mental remaja.

Laporan Generation Z, yang menggunakan metrik pengukur seperti kebahagiaan hidup, kesejahteraan mental, dan kesejahteraan emosional; menemukan bahwa negara seperti China, India, Nigeria, dan Indonesia berhasil mendapatkan nilai tinggi untuk tiga kriteria tersebut.

Hal ini diakibatkan oleh tiga faktor. Pertama China, Indonesia, dan India adalah negara dengan relasi keluarga yang dekat. Kedua China, India, Nigeria, dan Indonesia yang pasarnya terus tumbuh merasa dunia ini kedepannya akan menjadi lebih baik, sehingga optimisme bahwa masa depan akan lebih cerah untuk mereka baik untuk kesehatan mental mereka, Berbeda dengan Jepang yang rentan dengan resesi dan dianggap sulit tumbuh. Terakhir, saat remaja Jepang ditanyakan apa nilai terpenting yang mereka pegang, jawaban yang diterima mayoritas adalah “bekerja keras”. Hanya saja laporan juga menunjukkan “Berkontribusi pada masyarakat” adalah jawaban yang jarang dipilih.

Kombinasi dari pesimisme dengan prospek masa depan dan semakin sedikitnya jalur untuk mendapatkan kesempatan yang lebih baik. Masalah ekonomi memang sulit untuk diatasi, namun dari data yang sudah didapat terungkap bahwa remaja sangat membutuhkan dukungan yang baik dari keluarga.

Setelah membaca laporan yang ada, saya agak kagum juga melihat tokoh utama sebuah seri yang umumnya yatim piatu atau tidak banyak diawasi orang tua bisa tumbuh dengan stabil. Mungkin fantasi terbesar dari anime dan manga bukanlah remaja dengan kekuatan yang tidak masuk akal, namun remaja yang optimistis dengan masa depan mereka.


sumber : http://jurnalotaku.com/2017/05/08/l...a-dengan-tingkat-kebahagiaan-remaja-terendah/

benar tidaknya saya tidak tahu.


Berita di atas ... berbanding lurus dengan berita ini :

Jepang Catat Rekor Bunuh Diri Tertinggi di Dunia, Simak Datanya...

http://internasional.kompas.com/rea...r.bunuh.diri.tertinggi.di.dunia.simak.datanya.



Bahkan sampai ada lembaga Negara untuk mengatasi bunuh diri tsb lhooo....

Japan Support Center for Suicide Countermeasures (JSSC)
http://jssc.ncnp.go.jp/en/index.php
 

dhyhost

Web Hosting Service
The Warrior
Verified Provider
kerja sukses tapi ga bisa dinikmatin ya buat apa, hehe
dari luar keliatan enak, nyaman, tapi di dalamnya sedang kebakaran :D
 

FluidaWeb

Hosting Guru
cerita dari teman yang baru pulang dari jepang, masyarakat jepang itu pekerja keras, gila kerja, sering lembur, dalam memforsir diri sendiri dalam kerja sangat tinggi guna mencukupi kebutuhan hidup, pernah ada yg meninggal krn gila kerja sehingga jam lembur sekarang disana dibatasi. orang luar jepang mengira hidup dijepang itu enak, tp beban hidup sangat tinggi, bahkan katanya disana sekarang ini sedang krisis ekonomi hanya saja tidak terlihat dari luar.
katanya perbandingan pekerja di indonesia dgn di jepang, jika di indo lebih jika belm cukup untuk hidup akan menuntut termasuk demo2, kalau disana lebih memforsir diri sendiri guna memnuhi kebutuhan dengan cara lembur2
orang jepang katanya juga tidak mau di kasih uang tips atau uang tanda terima kasih, mereka menganggap memberi uang tips itu sama saja merendahkan/menghina
 

Yundar Setiawan

Expert 1.0
cerita dari teman yang baru pulang dari jepang, masyarakat jepang itu pekerja keras, gila kerja, sering lembur, dalam memforsir diri sendiri dalam kerja sangat tinggi guna mencukupi kebutuhan hidup, pernah ada yg meninggal krn gila kerja sehingga jam lembur sekarang disana dibatasi. orang luar jepang mengira hidup dijepang itu enak, tp beban hidup sangat tinggi, bahkan katanya disana sekarang ini sedang krisis ekonomi hanya saja tidak terlihat dari luar.
katanya perbandingan pekerja di indonesia dgn di jepang, jika di indo lebih jika belm cukup untuk hidup akan menuntut termasuk demo2, kalau disana lebih memforsir diri sendiri guna memnuhi kebutuhan dengan cara lembur2
orang jepang katanya juga tidak mau di kasih uang tips atau uang tanda terima kasih, mereka menganggap memberi uang tips itu sama saja merendahkan/menghina

Bisa menginspirasi, asal tidak lupa jaga kesehatan..
 

Merpati

Beginner 2.0
Segala sesuatu yang berlebihan tidak baik, harus seimbang.

Di satu sisi sangat baik, namun di satu sisi lain hancur.

Kesuksesan ternyata tidak selalu seiring sejalan dengan apa yang disebut dengan kebahagiaan..
 
Status
Not open for further replies.

Top