arasseo
Beginner 1.0
Halo semua~
Latar Belakang
Kita lanjutin dari postingan sebelumnya. Buat yang mau baca lagi postingan sebelumnya silakan.
Karena ini postingan sederhana, jadi ga bakal sangat detail seperti materi-materi yang dikasih di pendidikan formal. Buat yang sudah dapat pendidikan formal mungkin sudah tingkat lanjut ilmunya, tapi semoga ini bisa menambah wawasan buat member dan calon member yang lagi explore dan nemu postingan ini disini dan mungkin lagi tahap awal memulai perjalanannya untuk membuat aplikasi pertama mereka.
Izin share & semoga bermanfaat
Masuk ke Topik Utama
Seringkali kita dengar istilah "Software Engineering" atau Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Banyak yang mungkin langsung berpikir tentang coding, algoritma rumit, atau teknologi terbaru. Tapi, apakah hanya itu? Ternyata, ada "jiwa" atau esensi mendasar di balik praktik RPL yang membedakannya dari sekadar menulis kode.
Salah satu tokoh paling berpengaruh di bidang ini, Roger S. Pressman, dalam buku legendarisnya "Software Engineering: A Practitioner's Approach", mengupas tuntas apa sih sebenarnya inti dari praktik RPL dan prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh oleh para engineer.
1. Esensi Praktik RPL: Empat Langkah Fundamental
Menurut Pressman, inti atau esensi dari melakukan rekayasa perangkat lunak sebenarnya sangat logis dan bisa dipecah menjadi empat langkah dasar. Ini bukan rocket science, tapi seringkali justru diabaikan:
2. Prinsip-Prinsip Umum: Kompas Moral Software Engineer
Selain langkah-langkah inti di atas, Pressman juga mengidentifikasi beberapa Prinsip Umum (General Principles) yang bertindak sebagai panduan atau "kompas moral" dalam menjalankan praktik RPL. Prinsip-prinsip ini membantu kita membuat keputusan yang lebih baik di sepanjang proses:
Kenapa Ini Penting?
Memahami esensi praktik dan memegang teguh prinsip-prinsip ini adalah yang membedakan seorang software engineer profesional dari sekadar 'tukang kode'. Ini bukan hanya tentang membuat software yang berjalan, tapi tentang membangun software yang berkualitas, andal, bermanfaat, dan mudah dirawat dalam jangka panjang.
Jadi, teman-teman, mari kita ingat bahwa di balik setiap baris kode, ada proses berpikir, perencanaan, dan prinsip-prinsip yang membimbing kita untuk menghasilkan karya digital yang lebih baik.
Bagaimana pendapat kalian? Prinsip mana yang paling menantang untuk diterapkan dalam proyek nyata sehari-hari?
Referensi
Latar Belakang
Kita lanjutin dari postingan sebelumnya. Buat yang mau baca lagi postingan sebelumnya silakan.
Karena ini postingan sederhana, jadi ga bakal sangat detail seperti materi-materi yang dikasih di pendidikan formal. Buat yang sudah dapat pendidikan formal mungkin sudah tingkat lanjut ilmunya, tapi semoga ini bisa menambah wawasan buat member dan calon member yang lagi explore dan nemu postingan ini disini dan mungkin lagi tahap awal memulai perjalanannya untuk membuat aplikasi pertama mereka.
Izin share & semoga bermanfaat

Masuk ke Topik Utama
Seringkali kita dengar istilah "Software Engineering" atau Rekayasa Perangkat Lunak (RPL). Banyak yang mungkin langsung berpikir tentang coding, algoritma rumit, atau teknologi terbaru. Tapi, apakah hanya itu? Ternyata, ada "jiwa" atau esensi mendasar di balik praktik RPL yang membedakannya dari sekadar menulis kode.
Salah satu tokoh paling berpengaruh di bidang ini, Roger S. Pressman, dalam buku legendarisnya "Software Engineering: A Practitioner's Approach", mengupas tuntas apa sih sebenarnya inti dari praktik RPL dan prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh oleh para engineer.
1. Esensi Praktik RPL: Empat Langkah Fundamental
Menurut Pressman, inti atau esensi dari melakukan rekayasa perangkat lunak sebenarnya sangat logis dan bisa dipecah menjadi empat langkah dasar. Ini bukan rocket science, tapi seringkali justru diabaikan:
- Pahami Masalahnya (Understand the problem): Ini langkah pertama dan paling krusial. Sebelum nulis satu baris kode pun, kita harus benar-benar paham apa masalah yang mau dipecahkan. Ini melibatkan komunikasi intens dengan klien/pengguna, analisis kebutuhan, dan mendefinisikan ruang lingkup proyek dengan jelas. Jangan sampai kita membuat solusi untuk masalah yang salah!
- Rencanakan Solusinya (Plan a solution): Sudah paham masalahnya? Sekarang waktunya merancang jalan keluarnya. Bagaimana arsitektur software-nya? Model data seperti apa? Algoritma apa yang paling efisien? Tahap ini adalah tentang membuat blueprint atau peta sebelum mulai membangun. Perencanaan yang matang akan menghemat banyak waktu dan tenaga di belakang.
- Laksanakan Rencananya (Carry out the plan): Nah, di sinilah coding masuk! Berdasarkan desain yang sudah dibuat, para engineer mulai membangun perangkat lunaknya. Tapi ini bukan cuma soal ketik kode, tapi juga mengikuti standar, menulis dokumentasi, dan memastikan kode yang dihasilkan bersih dan terstruktur.
- Periksa Hasilnya (Examine the result for accuracy): Software sudah jadi? Belum selesai! Kita perlu memastikan bahwa apa yang kita bangun itu benar-benar sesuai dengan kebutuhan awal dan bebas dari error atau bug. Inilah tahap pengujian (testing) dan validasi. Apakah solusi kita benar-benar memecahkan masalah yang dipahami di langkah pertama?
2. Prinsip-Prinsip Umum: Kompas Moral Software Engineer
Selain langkah-langkah inti di atas, Pressman juga mengidentifikasi beberapa Prinsip Umum (General Principles) yang bertindak sebagai panduan atau "kompas moral" dalam menjalankan praktik RPL. Prinsip-prinsip ini membantu kita membuat keputusan yang lebih baik di sepanjang proses:
- Alasan Utama Semuanya Ada (The Reason It All Exists): Software dibuat untuk memberikan nilai (value) kepada penggunanya. Selalu ingat tujuan ini. Jangan sampai kita membuat fitur canggih tapi tidak berguna bagi user.
- KISS (Keep It Simple, Stupid!): Buatlah desain dan solusi sesederhana mungkin (tapi tidak lebih sederhana). Kompleksitas yang tidak perlu hanya akan menambah potensi masalah dan menyulitkan perawatan.
- Jaga Visinya (Maintain the Vision): Sebuah proyek software harus punya visi yang jelas, terutama terkait arsitektur dan tujuan besarnya. Jangan sampai visi ini kabur karena perubahan-perubahan kecil yang tidak konsisten.
- Apa yang Kamu Hasilkan, Akan Dikonsumsi Orang Lain (What You Produce, Others Will Consume): Ingatlah bahwa software yang kamu buat akan digunakan oleh orang lain (end-user) dan kemungkinan akan dimodifikasi atau dirawat oleh engineer lain di masa depan. Buatlah sesuatu yang mudah dipahami dan digunakan.
- Terbukalah pada Masa Depan (Be Open to the Future): Perangkat lunak hampir pasti akan berubah. Rancanglah sistem yang cukup fleksibel untuk bisa beradaptasi dengan perubahan kebutuhan atau teknologi di masa depan (mudah di-maintenance & di-extend).
- Rencanakan Penggunaan Ulang (Plan Ahead for Reuse): Mengembangkan komponen yang bisa digunakan kembali (reusable) dapat menghemat waktu dan biaya di proyek-proyek selanjutnya. Jangan selalu "menciptakan ulang roda".
- Berpikirlah! (Think!): Ini mungkin prinsip terpenting. Jangan langsung terjun melakukan sesuatu. Ambil waktu untuk berpikir, menganalisis, mempertimbangkan alternatif, dan memahami konsekuensi dari keputusan teknis yang diambil. Think first, act later.
Kenapa Ini Penting?
Memahami esensi praktik dan memegang teguh prinsip-prinsip ini adalah yang membedakan seorang software engineer profesional dari sekadar 'tukang kode'. Ini bukan hanya tentang membuat software yang berjalan, tapi tentang membangun software yang berkualitas, andal, bermanfaat, dan mudah dirawat dalam jangka panjang.
Jadi, teman-teman, mari kita ingat bahwa di balik setiap baris kode, ada proses berpikir, perencanaan, dan prinsip-prinsip yang membimbing kita untuk menghasilkan karya digital yang lebih baik.
Bagaimana pendapat kalian? Prinsip mana yang paling menantang untuk diterapkan dalam proyek nyata sehari-hari?

Referensi
- Pressman, Roger S. (2019). Software Engineering: A Practitioner's Approach. New York: McGraw-Hill Education. (Khususnya Bab 1, Subbab 1.4.1 "The Essence of Practice" dan 1.4.2 "General Principles").