seo_rumaherbal
Beginner 1.0
APA sih sebenarnya stres oksidatif? Menurut Dokter Dan Rutherford dari Skotlandia, tubuh manusia selalu bereaksi dengan oksigen yang masuk ke dalam tubuh lewat pernapasan. Sel tubuh pun menghasilkan energi. Sebagai konsekuensi, diproduksilah molekul reaktif yang dikenal sebagai radikal bebas. Radikal bebas ini kemudian berinteraksi dengan molekul lain di dalam sel-sel tubuh. “Ini dapat menyebabkan kerusakan oksidatif pada protein, membran, atau gen,” katanya seperti ditulis pada laman Netdoctor.co.uk.
Kerusakan oksidatif merupakan sumber berbagai penyakit, termasuk kanker dan alzheimer, serta berpengaruh pada proses penuaan manusia. Faktor luar seperti polusi, sinar matahari, dan rokok juga memicu produksi radikal bebas dalam tubuh. Untuk melawan stres oksidatif ini, tubuh manusia sebenarnya sudah menghasilkan sejumlah zat antioksidan. Fungsinya untuk membersihkan sel dari zat-zat radikal bebas. Sayangnya, akibat gaya hidup dan kondisi lingkungan yang semakin buruk, produksi zat antioksidan dalam tubuh tidak cukup untuk menetralisasi semua radikal bebas yang terbentuk.
Untuk melawannya, tubuh harus ditambah asupan sumber antioksidan. Misalnya mengonsumsi tomat dan semangka yang kaya pigmen lycopene sebagai antioksidan, jeruk, teh hijau, atau wortel yang banyak mengandung antioksidan dalam betakaroten. Rutherford menambahkan, studi sudah membuktikan bahwa antioksidan dalam bentuk suplemen tidak dapat menyamai aksi penyelamatan yang dilakukan zat antioksidan langsung dari makanan.
Menurut Rutherford, belum ada bukti kuat yang menyimpulkan bahwa turunnya risiko penyakit adalah berkat antioksidan saja. Untuk asupan antioksidan yang cukup, Rutherford menyarankan mengonsumsi setidaknya tiga porsi sayuran dan dua porsi buah setiap hari, dengan jeruk sebagai buah wajib. Tambahkan jus buah segar dan sup sayuran. Teh juga disarankan, terutama teh melati dan teh hijau. Satu kali seminggu, konsumsi menu vegetarian. Menu paling mudah dan cepat, oseng-oseng sayuran.
Sumber: Media Indonesia 4 Juli 2010
Kerusakan oksidatif merupakan sumber berbagai penyakit, termasuk kanker dan alzheimer, serta berpengaruh pada proses penuaan manusia. Faktor luar seperti polusi, sinar matahari, dan rokok juga memicu produksi radikal bebas dalam tubuh. Untuk melawan stres oksidatif ini, tubuh manusia sebenarnya sudah menghasilkan sejumlah zat antioksidan. Fungsinya untuk membersihkan sel dari zat-zat radikal bebas. Sayangnya, akibat gaya hidup dan kondisi lingkungan yang semakin buruk, produksi zat antioksidan dalam tubuh tidak cukup untuk menetralisasi semua radikal bebas yang terbentuk.
Untuk melawannya, tubuh harus ditambah asupan sumber antioksidan. Misalnya mengonsumsi tomat dan semangka yang kaya pigmen lycopene sebagai antioksidan, jeruk, teh hijau, atau wortel yang banyak mengandung antioksidan dalam betakaroten. Rutherford menambahkan, studi sudah membuktikan bahwa antioksidan dalam bentuk suplemen tidak dapat menyamai aksi penyelamatan yang dilakukan zat antioksidan langsung dari makanan.
Menurut Rutherford, belum ada bukti kuat yang menyimpulkan bahwa turunnya risiko penyakit adalah berkat antioksidan saja. Untuk asupan antioksidan yang cukup, Rutherford menyarankan mengonsumsi setidaknya tiga porsi sayuran dan dua porsi buah setiap hari, dengan jeruk sebagai buah wajib. Tambahkan jus buah segar dan sup sayuran. Teh juga disarankan, terutama teh melati dan teh hijau. Satu kali seminggu, konsumsi menu vegetarian. Menu paling mudah dan cepat, oseng-oseng sayuran.
Sumber: Media Indonesia 4 Juli 2010
