Miris, ranah blogger nyaris habis dibabat web media besar


Pencari_Ilmu

Hosting Guru
Kalau dulu sekitar tahun 2012 ke bawah, web besar seperti Detik, Tribunnews, Okezone, dan lain-lain kebanyakan hanya memposting berita dan jarang atau hampir tidak pernah menyentuh ranah blogger yang niche nya detil seperti oprek komputer, tips DIY, Tips jilbab, hal unik dan aneh diluar nalar, personal travelling, dan lain-lain, tapi sekarang banyak niche yang dulu hanya diulas blogger, dibabat alias disikat media-media besar tadi. Contohnya lihat gambar ini:

Opera-Snapshot-2021-11-29-220530.jpg

Media sekelas Tribun ngeshare link baca OnePeace. Tak ayal kalau kita mencari "baca manga" di google, Tribun nangkring di page 1 posisi 2. Tirto.id juga ga mau kalah, ngeshare hal yang serupa:
Opera-Snapshot-2021-11-29-221818-tirto-id.jpg

Otomatis kalau kita cari "baca komik" di google, Tirto nangkring di page 1 posisi 6.

Baca2 thread di forum sebelah, banyak blogger yang "menangis darah" akibat hal ini, karena penghasilan dari iklan menurun drastis akibat traffic beralih ke web besar tadi.

Bagaimana menurut pendapat Anda?
 

masdono

Poster 1.0
Memang media sekarang dapet leverage dari traffic dan authority mas dan ada beberapa analisa yang bilang kalau media besar sekarang turun trafficnya karena kalah bersaing dengan media sosial ataupun user generated content lain.

Jadinya yaa.. cari ceruk-ceruk seperti ini.
 

pedagang

Hosting Guru
semua ada masa-nya

dan tiap masa selalu ada celah

kek-nya juga web besar itu juga belum maksimal nyampah-nya

.... etc dll dsb

# ini case indonesia ya
 

Minimal

Apprentice 1.0
Sekarang ini hampir 99.8% portal berita nasional Indonesia bahkan termasuk Kompas, Detik, Tempo, dll isinya sampah semua. Sampah konten, sampah iklan, sampah layout, dll.

Mau baca berita hasil judul jebakan klik yang tak lebih dari 5-10 paragraf aja harus 2-3 kali klik laman selanjutnya, laman selanjutnya atau baca seluruhnya sembari dipaksa nonton video youtube yang langsung autoplay tanpa permisi.

Kalau pun harus terpaksa baca berita online karena ada informasi penting paling rujukan utama yang layak kunjung hanya antaranews.com.
 

Pencari_Ilmu

Hosting Guru
Memang media sekarang dapet leverage dari traffic dan authority mas dan ada beberapa analisa yang bilang kalau media besar sekarang turun trafficnya karena kalah bersaing dengan media sosial ataupun user generated content lain.

Jadinya yaa.. cari ceruk-ceruk seperti ini.
Celakanya:
  1. Tribunnews, Grid, satu grup sama Kompas Gramedia
  2. CNNIndo satu grup sama Detik
  3. Medcom satu grup sama MediaIndonesia
  4. JawaPos satu grup sm JPNN
  5. dll
Mereka juga gencar masuk ke medsos dan youtube. Ga heran karena karyawannya ratusan atau mungkin ribuan orang. Bandingkan saja dengan blogger yg mungkin single fighter .

Intinya web besar tadi hanya dimiliki segelintir orang berduit "unlimited"
 

FlazzNetworks

Apprentice 2.0
Verified Provider
Sekarang ini hampir 99.8% portal berita nasional Indonesia bahkan termasuk Kompas, Detik, Tempo, dll isinya sampah semua. Sampah konten, sampah iklan, sampah layout, dll.

Mau baca berita hasil judul jebakan klik yang tak lebih dari 5-10 paragraf aja harus 2-3 kali klik laman selanjutnya, laman selanjutnya atau baca seluruhnya sembari dipaksa nonton video youtube yang langsung autoplay tanpa permisi.

Kalau pun harus terpaksa baca berita online karena ada informasi penting paling rujukan utama yang layak kunjung hanya antaranews.com.
Iya udah gitu beritanya kejar tayang cuma beberapa paragraf
 

mybloodiscoffee

Expert 1.0
Kondisi ini sbnrnya sudah agak lebih fair diluar negeri, spt kasus negara Eropa dan australia vs google. Negara tsb (media massa elektronik) menuntut google untuk tidak sekedar melakukan indexing, mengambil data konten mrk dan dijual ala Google (contoh: image bisa bebas di save, jual booking hotel dsb) Krn dng begitu visitor ga akan visit web mrk Krn google sudah ibarat memberikan "shortcut" drpd visitor klik langsung utk melihat konten di website tujuan, akhirnya traffic pun berkurang. Setau saya negara Australia sudah memenangkan kasus tuntutan ini vs google bbrp bln lalu, tapi google ga mau bayar tuntutan dan memilih keluar melayani indexing traffic australia (Cmiiw) begitu jg di Eropa setau saya google kalah juga tapi anehnya google memilih membayar tuntutan negara Eropa, nah disitu ada bias. Coba cari artikelnya bnyk di search engine n web berita d indonesia.

Soal ambil alih traffic dr web berita d indo dr source blogger ni sudah tjd LBH dr 1thn, dan parahnya banyak yg clickbait n copy paste konten diedit dikit gitu paling sering saya temui yg di copy itu clickbait spt film² Hollywood yg sedang trending atau akan dirilis bahkan hari release film blm edar d indo situs berita itu sudah clickbait SPT link download nya yg kontennya nol besar.

Saya blogger juga sejak 2014, dan bbrp puluhan artikel saya bbrp thn nangkring di nomor 1 first page google, tp ada bbrp pihak yg copy paste artikel saya dmuat di situs forum otomotif M itu lalu dmuat di grup FB tanpa ijin saya dan memuatnya itu ada yg diputarbalikkan fakta konten saya yg saya tulis sesuai pengalaman saya. Maksud saya khusus hal ini jika sekiranya org lain ambil sumber konten di sumber utama seharusnya kasih credit link jangan asal comot dan dijadikan pembahasan yg bias, atau setidaknya minta ijin dulu boleh ga di share krn shrsnya ada prinsip sopan santun juga walau ada fitur sharing bukan berarti bisa sharing seenaknya tanpa ijin (blog saya dulu memang ga memberikan ijin sharing). Jadi ini soal curi traffic sampai konten digarap salah pihak lain memang harus segera dibenerin, semoga di revisi UU ITE hal spt ni bisa dimasukkan.
 

Top